Etika Profesi Non Formil Pemulung


Nama Kelompok:

Dinna Permatasari    12110083
Rachma Wijayanti  15110489
Ratih Hanizar            15110657

Dosen : Prof. Dr. I Wayan Simri Wicaksana, S.Si, M.Eng



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masalah yang dimiliki manusia dalam kehidupannya adalah kemiskinan. Kemiskinan pada akhirnya dapat memunculkan masalah ketenagakerjaan. Masalah ketenagakerjaan muncul tidak lepas dari adanya migrasi penduduk. Migrasi penduduk secara besar-besaran menyebabkan tertumpuknya penduduk di perkotaan. Hal ini tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menampung pendatang dari desa. Sedikitnya lapangan pekerjaan mendorong sebagian orang untuk terjun ke pekerjaan sektor informal yaitu pemulung.       
Pemulung adalah seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pencari barang yang sudah tidak layak pakai. Orang yang bekerja sebagai pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pencari sampah, dimana antara pemulung dan sampah sebagai dua sisi mata uang. Dimana ada sampah, pasti ada pemulung, dan dimana ada pemulung di situ pasti ada sampah.
            Tidak semua dari mereka yang berprofesi sebagai pemulung menggantungkan penghasilannya dengan memulung, tetapi ada juga yang hanya menjadikan memulung sebagai pekerjaan sampingan atau untuk sekedar mencari uang tambahan.
Pekerjaan seorang pemulung turut andil dalam menjaga kebersihan lingkungan di sekitar. Mereka mengorek tempat sampah untuk mendapatkan barang bekas yang masih memiliki nilai jual. Pemulung sangat berperan dalam mengurangi tercemarnya tanah oleh sampah plastik dan sampah  jenis lain yang tidak dapat dicerna oleh udara dan tanah serta memberikan manfaat seperti lingkungan tertbebas dari barang bekas yang jika dibiarkan dapat menjadi sampah. Tidak hanya itu, hasil pekerjaan mereka juga menjadi tumpuan bagi keluarganya. Tetapi, pekerjaan pemulung sering dianggap memiliki konotasi negatif. Banyak yang tidak peduli dan memandang sebelah mata pekerjaan sebagai pemulung.

B.     Rumusan Masalah
1.      Banyaknya pemulung yang tidak memiliki etika yang baik saat bekerja.
2.      Pandangan negatif masyarakat terhadap pemulung yang tidak beretika.
3.      Kurangnya kesadaran pemulung akan kebersihan lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka.
C.    Tujuan
1.      Mengetahui bagaimana etika yang baik tentang pekerjaan sebagai pemulung.
2.      Menunjukkan kepada masyarakat tentang profesi pemulung dan etikanya agar tidak berpandangan negatif.
3.      Menunjukkan kepada para pemulung tentang perlunya menjaga kebersihan tempat tinggal.

BAB II
LANDASAN TEORI
1.      Pengertian Pemulung
Pemulung adalah seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pencari barang yang sudah tidak layak pakai. Orang yang bekerja sebagai pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pencari sampah, dimana antara pemulung dan sampah sebagai dua sisi mata uang. Dimana ada sampah, pasti ada pemulung, dan dimana ada pemulung di situ pasti ada sampah. Pemulung dapat diartikan juga sebagai orang yang mengambil barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang.
Pekerjaan Pemulung
Dalam menjalani pekerjaannya, pemulung dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
1.             Pemulung menetap adalah pemulung yang bermukim di gubuk-gubuk kardus, tripleks, terpal atau lainnya di sekitar tempat pembuangan akhir sampah.
2.             Sedangkan kelompok pemulung tidak menetap adalah pemulung yang mencari sampah dari gang ke gang, jalanan, tong sampah warga, pinggir sungai dan lainnya.
Macam-macam Pemulung
Pemulung di bagi menjadi 2 bagian yaitu:
1.             Pemulung lepas yaitu pemulung yang bekerja sendiri tanpa mengandalkan bandar.
2.             Pemulung bandar yaitu pemulung yang dipinjamkan uang oleh bandar mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat  membeli barang dari pemulung. Pemulung yang berbandar hanya boleh menjual hasil mulungnya kepada bandar lain, dan kebanyakan bandar-bandar itu memberikan  rumah kepada pemulung dan letak rumah itu satu tanah dan tidak berjauhan dengan rumah sang bandar atau di mana tempat penampungan barangnya.
3.      Kehidupan Pemulung
Pekerjaan mencari barang bekas, membuat sebagian besar orang menganggap remeh pemulung. Mereka mengorek tempat sampah untuk mendapatkan barang bekas yang masih memiliki nilai jual. Padahal dengan adanya pemulung, juga memberikan manfaat seperti lingkungan tertbebas dari barang bekas yang jika dibiarkan dapat menjadi sampah. Tidak hanya itu, hasil pekerjaannya mereka juga menjadi tumpuan bagi keluarganya.
Dalam memulai pekerjaannya, pemulung berangkat selepas shubuh untuk mengais barang-barang apa saja yang dapat dijual. Mereka memungut kardus, plastik atom, barang bekas atau besi. Mereka mencari barang-barang dengan mengorek tempat sampah yang mengeluarkan bau tak sedap setiap harinya. Dengan teliti, pemulung mengambil barang bekas jika ada. Jika tidak ada, mereka beranjak ke tempat sampah lain berharap dapat menemukan barang bekas yang dapat dijual kembali.
4.      Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Pemulung
Ada beberapa alasan mengenai seseorang menggeluti profesi sebagai pemulung, diantaranya yaitu :
a)      Faktor ekonomi (berasal dari keluarga yang kurang mampu)
b)      Sulitnya mencari pekerjaan
c)      Tingkat pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keterampilan
d)     Tidak ada modal untuk membuka suatu usaha
Pendidikan merupakan dasar dari pengembangan produktifitas kerja. Tingkat pendidikan yang rendah, membuat pola pikir yang relatif sempit. Sebagian besar pemulung hanya tamat pendidikan Sekolah Dasar. Kemudian didukung oleh faktor ekonomi keluarga yang tidak berkecukupan. Faktor yang lain adalah modal yang dimiliki sangat terbatas, sehingga sarana yang digunakan oeh pemulung sangat sederhana. Yaitu, karung plastik dan gancu untuk mengungkit sampah atau barang bekas.

BAB III
PEMBAHASAN
1.      Profil Pemulung
Nama salah seorang pemulung yang kami jadikan sebagai obyek wawancara untuk memperoleh informasi mengenai pemulung adalah Bapak Apus yang berusia 70 Tahun. Bapak Apus tinggal di dalam rumah petakan bersama kumpulan para pemulung lain di dekat kumpulan sampah. Walaupun tempat yang ditinggalinya sangat sempit tetapi mereka tetap bertahan untuk tinggal di tempat tersebut.
2.      Faktor Penyebab Menjadi Pemulung
Faktor penyebab menjadi pemulung yaitu,
a)      Pengangguran.
b)      Usia yang terlalu tua untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
3.      Kehidupan Bapak Apus
Dalam kesehariannya, Bapak Apus memulai setiap hari pekerjaan memulungnya pada
dini hari. Bapak Apus menarik gerobaknya yang berisi karung untuk mencari barang-barang bekas dengan berkeliling di sekitar Jaka Permai dan Galaxy. Batas waktu untuk mencari barang-barang bekas tidak ditentukan oleh Bapak Apus. Sekiranya barang yang diperolehnya sudah cukup banyak untuk diuangkan maka beliau menyudahi pekerjaanya. Hal ini dikarenakan kondisi fisik Bapak Apus yang sangat tua dan mudah kelelahan.
   Barang-barang bekas yang dikumpulkan berupa botol plastik, kaleng minuman/makanan, plastik, besi, dan kardus. Terkadang beliau juga mendapatkan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai atas pemberian warga yang kebetulan melihat Bapak Apus sedang memulung di depan rumahnya. Kemudian beliau menjual barang hasil temuannya untuk dijadikan uang.
Uang yang diperoleh dari hasil memulung tidaklah cukup untuk menghidupi dirinya. Beberapa uang beliau gunakan untuk membeli makan, lalu sebagian lagi jika ada sisa ia simpan untuk keperluan dikemudian hari.
4.             Bos Barang Bekas
Barang-barang bekas hasil memulung Bapak Apus tidak hanya sejenis. Saat tiba di rumah, beliau memilah antara barang yang plastik, kardus, besi, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan beliau ketika menjual barang-barang bekas tersebut ke bos.
Barang-barang yang dijualnya kepada bos sangat murah. Setiap barang dihitung perkilo. Sehingga uang yang didapat dari barang yang dijual tidak mencukupi kebutuhan hidupnya.
Bapak Apus bekerja di bawah pimpinan bos. Bos menyediakan fasilitas terhadap Bapak Apus dan teman-temannya yaitu sebuah gerobak dan tempat tinggal. Tempat tinggal yang disediakan oleh bos, dapat dikatakan tidak layak. Dikarenakan Bapak Apus dan teman-temannya tinggal bersamaan dengan tumpukan sampah tetapi beliau tetap bersyukur karena tidak memiliki tepat tinggal lain.
5.      Sikap Warga
Pada kenyataannya banyak warga yang beranggapan konotasi terhadap pemulung. Begitu juga dengan pekerjaan yang dijalankan Bapak Apus. Tidak sedikit warga yang tidak suka dengan keberadaan Bapak Apus, dikarenakan pandangan mereka terhadap pemulung yang sangat rendah. Beliau sering diusir terutama di komplek perumahan saat mencari barang-barang bekas di tempat sampah karena banyak warga yang menaruh curiga terhadap pekerjaannya serta dianggap malah membuat sampah yang berada di tong sampah berantakan. Beliau berkata, bahwa banyak warga yang menganggapnya maling. Padahal, beliau tidak pernah ada niat sedikit pun untuk mencuri. Selain itu, ada juga komplek perumahan yang memasang peringatan bagi pemulung.
            Untuk menyikapi hal tersebut, setiap memulung Bapak Apus berperilaku sopan terhadap warga yang ia temui disetiap kesempatan ia bekerja, tidak ada teknik khusus untuk bekerja sebagai seorang pemulung, hanya saja sebagai pemulung harus berperilaku sopan dan tidak bersikap aneh agar warga tidak mencurigai pekerjaannya. Beliau hanya mencari barang-barang bekas yang berada di tempat sampah dan yang tercecer di jalan. Ketika mengorek-ngorek sampah dimana pun, beliau tidak membiarkannya berantakan. Dan sebagai seorang pemulung Bapak Apus berharap agar warga tidak memandang buruk pekerjaan sebagai pemulung dan harus bisa menghargai pekerjaan ini, karena seseorang yang bekerja sebagai pemulung juga membantu warga agar dapat menjaga kebersihan rumah mereka. Bapak Apus pun berpesan kepada warga, agar warga tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kebersihan lingkungan.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang diuraikan pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
a)      Pemulung adalah pahlawan bagi lingkungan. Sampah-sampah yang dikumpulkan oleh pemulung dapat dimanfaatkan kembali dengan melakukan daur ulang.
b)      Faktor utama penyebab seseorang bekerja sebagai pemulung adalah kemiskinan dan pendidikan. Adanya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi tetapi tidak mencukupi akhirnya muncul manusia-manusia yang bekerja sebgai pemulung.
c)      Untuk menjaga kepercayaan masyarakat Pemulung harus menjaga sikap dan berlaku sopan saat bekerja agar masyarakat tidak memandang buruk pekerjaan tersebut.
d)     Kelayakan tempat tinggal pemulung yang disediakan oleh bos juga harus diperhatikan. Hal ini dilakukan demi menjaga kesehatan dan kenyamanan tinggal pemulung.
B.     Saran
Seharusnya masyarakat tidak mencurigai dan beranggapan rendah terhadap pemulung. Karena pemulung pada dasarnya, turut andil dalam menjaga kebersihan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beautiful in white

Google Translator

English French German Spain Italian Dutch Russian Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers

Web Informer Button